Tahun 1990an, tak ada bintang muda TNI dengan karir secemerlang
Prabowo Subianto . Karir Prabowo melesat cepat. Tahun 1995 Brigadir
Jenderal Prabowo dilantik menjadi komandan Komando Pasukan Khusus
(Kopassus).
Prabowo kemudian memekarkan Kopassus dari tiga grup menjadi lima grup.
Dengan jumlah personel Kopassus yang bertambah, otomatis satuan itu
harus dipimpin seorang komandan jenderal berpangkat mayor jenderal.
Prabowo pun naik pangkat lagi.
Tahun 1996, prestasi Prabowo mencuri perhatian dunia saat tim gabungan
TNI berhasil membebaskan 12 peneliti yang disandera Organisasi Papua
Merdeka (OPM) di Mapenduma. TNI banyak mendapat pujian atas keberhasilan
operasi militer tersebut.
Tak lama, bintang di bahunya bertambah lagi menjadi tiga. Tanggal 20
Maret 1998, Prabowo dilantik menjadi Panglima Kostrad dengan pangkat
Letnan Jenderal. Hanya tinggal selangkah menjadi jenderal penuh dengan
menduduki posisi Kepala Staf Angkatan Darat, disusul menjadi Panglima.
Posisi nomor satu ini rasanya tinggal menunggu waktu.
Tapi kerusuhan 1998 yang berujung lengsernya Soeharto , mengubur semua
mimpi Letnan Jenderal Prabowo Subianto . Bisa dikatakan saat itu Prabowo
kehilangan segala-galanya. Nyaris sampai titik nol. Dia pergi ke luar
negeri untuk berbisnis di Timur Tengah.
Berikut kisah terpuruknya Prabowo akibat tragedi 1998, dikumpulkan merdeka.com dari berbagai sumber.
1. Dibuang keluarga Cendana
Tragedi 1998 membuat Prabowo terusir dari keluarga Cendana. Soeharto dan
anak-anaknya merasa Prabowo adalah pengkhianat karena menemui Gus Dur,
Amien Rais, Adnan Buyung Nasution dan sejumlah tokoh yang mendukung
reformasi. Keluarga Cendana juga mengira Prabowo sengaja mendekati
Habibie untuk mendukungnya sebagai presiden menggantikan Soeharto.
Prabowo sempat mengadu pada ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo. Dia dikhianati Soeharto, mertuanya sendiri.
"Papi tidak akan percaya kalau saya dikhianati mertua. Dia bilang pada
Wiranto singkirkan saja Prabowo dari pasukan," tulis Soemitro dalam buku
Jejak Perlawanan Begawan Pejuang terbitan Pustaka Sinar Harapan tahun
2.000.
Kisah lain dituturkan dalam buku Hari-hari Terpanjang, Menjelang
Mundurnya Presiden Soeharto yang ditulis James Luhulima dan diterbitkan
Kompas tahun 2001.
Tanggal 20 Mei 1998 malam, pulang dari kediaman Habibie, Prabowo ke
rumah keluarga Soeharto di Jl Cendana. Dia bermaksud berkumpul bersama
anggota keluarga yang lain, tetapi yang didapatnya malah makian.
Putri bungsu Soeharto, Siti Hutami Endang Hadiningsih atau Mamiek
menghampiri Prabowo dengan marah. "Kamu pengkhianat, pengkhianat. Jangan
injak kakimu di rumah saya lagi."
Prabowo mengaku tak pernah berniat menjatuhkan Soeharto dengan para
tokoh itu. "Kami mendiskusikan cara terbaik untuk meredakan kerusuhan,"
kilahnya.
2. Dikecewakan Habibie
Wakil Presiden BJ Habibie diangkat menjadi presiden menggantikan
Soeharto yang mengundurkan diri. Prabowo adalah pengagum Habibie. Sejak
tahun 1993, Prabowo sudah mendukung Habibie untuk menjadi wakil
presiden. Tapi saat itu, ABRI mendukung Try Sustrisno untuk maju. Baru
pada 1998, Habibie mendapat dukungan.
Namun dalam pergolakan 1998, Habibie lebih mendengarkan Panglima ABRI
saat itu, Jenderal Wiranto, daripada Prabowo. Bahkan setalah mendengar
laporan Wiranto, Habibie pula yang memerintahkan Prabowo segera dicopot
sebagai Panglima Kostrad sebelum matahari tenggelam.
Saat itu Habibie khawatir mendapat laporan sejumlah pasukan Prabowo yang
bergerak ke Jakarta dari Surabaya dan Makassar. Habibie meminta pasukan
itu segera kembali ke markas masing-masing.
Prabowo tentu sangat kecewa saat tahu dirinya digeser menjadi Komando
Sesko ABRI di Bandung. Baru kali ini sepanjang karirnya, Prabowo tak
berada di pasukan tempur. Pada Habibie Prabowo malah berharap diangkat
menjadi Kepala Staf Angkatan Darat.
Dia berusaha menemui Habibie tanggal 22 Mei 1998 untuk mempertanyakan
hal itu. Namun Habibie tak bergeming. Prabowo pun terpaksa menyerahkan
jabatan Pangkostrad pada Jenderal Johny Lumintang.
Berseragam loreng lengkap dengan kopel dan senjata, Panglima Komando
Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Letjen Prabowo Subianto
datang ke Wisma Negara, pada 22 Mei 1998. Misi Prabowo jelas, ingin
menghadap Presiden BJ Habibie .
 |
Dialog panas saat Habibie copot Prabowo sebagai Pangkostrad
|
Prabowo
datang dengan dua kendaraan, salah satunya ditumpangi oleh pengawal.
Anak begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo itu ingin menanyakan
jabatannya yang baru saja dicopot. Sebelum bertemu Habibie , Prabowo
diperiksa secara ketat, senjata yang dibawa juga dilucuti oleh pasukan
pengawal presiden.
Pencopotan dilakukan karena adanya informasi pergerakan pasukan di bawah
kendali Prabowo. Adalah Menhankam/Pangab Jenderal Wiranto yang
melaporkan hal tersebut. Tanpa berpikir panjang Habibie langsung
mengambil keputusan.
Setelah diberi izin masuk ke dalam ruangan, keduanya yang memang dikenal
akrab saling peluk dan mencium pipi. Kemudian, sempat terjadi dialog
dalam bahasa Inggis, sebelum akhirnya Prabowo berbicara dengan nada
tinggi.
"Ini penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden
Soeharto . Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad," tegas Prabowo
dikutip dalam buku Prabowo: Ksatria Pengawal Macan Asia karya Femi Adi
Soempeno dan Firlana Laksitasari.
Habibie menjawab, "Anda tidak dipecat, tapi jabatan anda diganti."
Prabowo balik bertanya, "Mengapa?" Habibie kemudian menjelaskan bahwa ia
menerima laporan dari Pangab bahwa ada gerakan pasukan Kostrad menuju
Jakarta, Kuningan, dan Istana Negara.
"Saya bermaksud mengamankan Presiden," kata Prabowo.
"Itu adalah tugas Pasukan Pengamanan Presiden yang bertanggung jawab langsung pada Pangab dan bukan tugas anda," jawab Habibie .
"Presiden apa anda? Anda naif? jawab Prabowo dengan nada marah.
"Masa bodoh, saya Presiden dan harus membereskan keadaan bangsa dan negara yang sangat memprihatinkan," jawab Habibie .
"Atas nama ayah saya, Prof Soemitro Djojohadikusumo dan ayah mertua saya
Presiden Soeharto , saya minta Anda memberikan saya tiga bulan untuk
tetap menguasai pasukan Kostrad," kata Prabowo.
Habibie menjawab dengan nada tegas, "Tidak! Sampai matahari terbenam
anda sudah harus menyerahkan semua pasukan kepada Pangkostrad yang baru.
Saya bersedia mengangkat anda menjadi duta besar di mana saja!"
"Yang saya kehendaki adalah pasukan saya!" jawab Prabowo.
"Ini tidak mungkin, Prabowo," tegas Habibie .
Ketika perdebatan masih berlangsung seru, Habibie kemudian menuturkan
bahwa Letjen Sintong Panjaitan masuk sembari menyatakan kepada Prabowo
bahwa waktu pertemuan sudah habis.
"Jenderal, Bapak Presiden tidak punya waktu banyak dan harap segera
meninggalkan ruangan," kata Letjen Sintong Panjaitan yang saat itu
menjabat sebagai penasihat militer presiden.
Setelah itu Prabowo menempati posisi baru sebagai Komandan Sekolah Staf
Komando (Dansesko) ABRI menggantikan Letjen Arie J Kumaat. Prabowo
mengisahkan serah terima jabatan dilakukan secara sederhana dan
tertutup.
"Belum pernah ada perwira tinggi dipermalukan institusinya, seperti yang saya alami," kata Prabowo.
Selanjutnya, Prabowo harus menjalani sidang Dewan Kehormatan Perwira.
Prabowo disinyalir terlibat dalam penculikan aktivis saat masih menjabat
sebagai Danjen Kopassus. 15 Perwira tinggi bintang tiga dan empat
mengusulkan ke Pangab agar Prabowo dipecat.
"Saya paham, dewan ini sudah bersidang dengan susah payah selama sebulan
dan orang-orangnya berpengalaman. Maka, saya (acc) setuju," kata
Wiranto .
Tamatlah sudah karier Prabowo.
3. Karir militer Prabowo tamat
Kasus penculikan 1998 membuat Prabowo tak hanya dicopot sebagai
Pangkostrad. Berdasarkan rekomendasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF)
Prabowo akhirnya dipecat dari dinas ketentaraan karena terlibat
penculikan sejumlah aktivis. Sementara itu Mayjen Muchdi Pr dan Kolonel
Chaerawan dibebaskan dari semua tugas dan jabatan struktural di ABRI.
Para pelaku yang dinamakan Tim Mawar juga diadili. Mayor Bambang
Kristiono dihukum 22 bulan dan dipecat dari ABRI. Sebagian lain juga
dipecat dan dihukum penjara 12 hingga 22 bulan oleh Mahkamah Militer.
Ini akhir karir Prabowo setelah lulus dari Akademi Militer di Magelang
tahun 1974. Prabowo sudah bertugas selama 24 tahun, kebanyakan di
pasukan tempur. Bertugas di medan tempur Timor Timur, Papua, hingga
mengikuti berbagai pendidikan pasukan antiteror di luar negeri. Prabowo
akhirnya meninggalkan Indonesia untuk berbisnis di Yordania.
Kawan dekat Prabowo Fadli Zon menilai TGPF sengaja menjadikan Prabowo
sebagai kambing hitam peristiwa Mei 98. Banyak kesimpulan TGPF yang
sangat merugikan Prabowo.
 |
Kata jenderal kepercayaan Prabowo soal kerusuhan dan kudeta 98 | |
Peristiwa Mei 1998 masih meninggalkan misteri. Sejumlah pihak menuding
Letnan Jenderal (Letjen) Prabowo Subianto sebagai otak kekacauan di
Jakarta. Tetapi ada juga yang menilai kerusuhan tersebut direncanakan
oleh Jenderal Wiranto . Hal ini diceritakan oleh Mayor Jenderal (Mayjen)
Kivlan Zen dalam bukunya bertajuk 'Konflik dan Integrasi TNI-AD'.
Kivlan menilai seharusnya Jenderal Wiranto tak perlu meninggalkan
Jakarta. Terlebih kepergiannya hanya untuk menjadi Inspektur Upacara
dalam rangka serah terima tanggung jawab Pasukan Pemukul Reaksi Cepat
(PPRC) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di Malang pada
tanggal 14 Mei 1998. Padahal saat itu Jakarta sudah genting. Pembakaran
dan kerusuhan terjadi di mana-mana.
"Serah terima tanggung jawab PPRC ABRI dari Divisi I Kostrad (Komando
Cadangan Strategis Angkatan Darat) kepada Divisi II Kostrad walaupun
Pangkostrad (Panglima Kostrad) Letjen Prabowo Subianto telah menyarankan
agar tidak usah berangkat ke Malang," tulis Kivlan pada halaman 85 di
buku terbitan Institute for Policy Studies tahun 2004.
Prabowo menilai hal ini tidak penting karena Kivlan telah menyiapkan
perpindahan itu semenjak Maret tahun 1998. Kala itu Kivlan masih
menjabat Panglima Divisi II Kostrad di Malang.
Selain itu, menurut Kivlan, kekeliruan yang dilakukan oleh Wiranto
adalah tidak memberikan izin Mabes ABRI untuk meminjamkan pesawat
Hercules untuk membawa pasukan Kostrad dari Jawa Timur dan Makassar ke
Jakarta.
"Karena Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin sebagai Pangdam Jaya kekurangan
pasukan dan meminta ke Kostrad, maka Kostrad menyiapkan pasukan
tersebut," tulis Kivlan.
Karena tidak mendapatkan ijin dari Mabes ABRI, maka dengan menggunakan
biaya pribadi Prabowo menyewa pesawat milik Mandala di Makassar dan
pesawat milik Garuda di Surabaya. Hal ini dilakukan karena keadaan
mendesak. Pasukan inilah yang dinilai Habibie sebagai pasukan liar dan
bisa membahayakan. Sejumlah kalangan bahkan menuding Prabowo hendak
melakukan kudeta.
Kivlan mencatat setidaknya ada dua kekeliruan Wiranto strategis militer
selama menjadi Jenderal. Pertama adalah meninggalkan tempat dalam
keadaan gawat dan tidak menggunakan pasukan cadangan di saat genting.
Menilai tidak bertanggungjawabnya Wiranto maka beberapa pihak memutuskan
untuk bertemu dengan Prabowo di Markas Kostrad pada malam harinya.
Setiawan Djodi , Adnan Buyung Nasution , Bambang Widjoyanto,
Willibrordus Surendra Broto Rendra yang kerap disapa WS Rendra , Fahmi
Idris , Maher Algadri, Hashim Djojohadikusumo, Amran Nasution, Din
Syamsuddin , Fadli Zon , Amidhan, Iqbal Assegraf, Hajriyanto Thohari,
Kolonel Adityawarman dan Kivlan sendiri.
Kedatangan mereka adalah untuk meminta Prabowo untuk mengambil alih
keamanan, seperti yang dilakukan oleh mertuanya, Soeharto pada tahun
1965 yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad. Namun permintaan
itu tidak langsung di-iya-kan oleh Prabowo. Sebabnya, dia menilai
situasi tahun 1965 dan 1998 sangat berbeda.
"Masih ada Panglima ABRI Jenderal Wiranto , KSAD Jenderal Subagyo HS,
Wakil KSAD Letjen Sugiono. Panglima Kostrad berada pada level ke-empat,"
terang Kivlan.
Namun kenyataan berkata berbeda. Karena Tim Gabungan Pencari Fakta
(TGPF) menyimpulkan pertemuan di Markas Kostrad tersebut sebagai rapat
untuk merancang kekacauan di Jakarta. Kivlan menilai TGPF melupakan hal
terpenting dalam menyimpulkan pertemuan tersebut.
"Padahal kerusuhan di Jakarta sudah terjadi sejak 13 Mei 1998. Sementara pertemuan digelar 14 Mei" tulisnya.
Dengan demikian maka kekacauan di Jakarta masih menjadi misteri. Mungkin hanya Wiranto dan Prabowo yang tahu.
4. Dianggap dalang kerusuhan Mei 98
Sebagian kalangan menganggap Prabowo adalah dalang kerusuhan Mei 98.
Para aktivis HAM pun menjerat Prabowo sebagai pelanggar HAM karena
menculik para aktivis.
Jelang peristiwa Mei, Prabowo sendiri mengaku mendapat BKO (Bawah
Kendali Operasi) dari atasannya. Dari sini dia bergerak, ternyata
gerakan ini kebablasan. Para aktivis dijemput dan disekap, tentu ini
melanggar hukum. Prabowo mengakui kesalahannya.
Pertanyaan yang belum terungkap, siapa yang memberi perintah BKO itu?
Apakah Panglima ABRI atau Soeharto selaku panglima tertinggi. Semua
pihak tak ada yang pernah memberikan keterangan jelas.
Begitu juga dengan Tim Mawar. Mayor Bambang Kristiono yang saat itu
menjabat Komandan Batalyon 42 Kopassus mengaku pembentukan Tim Mawar
adalah inisiatif pribadi. Bambang tak pernah menemui Prabowo yang saat
itu menjabat Danjen Kopassus. Dia hanya melapor pada Komandan Grup IV
Kopassus Kolonel Chaerawan.
Menurut Prabowo saat kerusuhan Mei 1998, dirinya tidak pernah menjadi
dalang di balik pemerkosaan dan pembunuhan terhadap etnis Tionghoa.
Prabowo mengaku dia hanya menjadi korban fitnah.
"Saya bisa ungkap, tapi saya ingin
kesejukan. Jika saya ungkap hanya akan mengungkit peristiwa yang lalu.
Tidak ada untungnya," katanya.
"Saya dulu dituduh membakar gereja, disebut saya anti kristen, tapi
besoknya saya juga dituduh membunuh kyai-kyai Jawa, dituduh membom
Istiqlal, tidak tahu besok dituduh apalagi," ujar Prabowo.
 |
Prabowo dan jerat isu kudeta 1998, benar atau fitnah? | |
Langkah Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto maju menjadi calon
presiden 2014 terganjal sejumlah persoalan masa lalu. Salah satunya soal
kerusuhan Mei 1998 dan isu kudeta yang akan dilakukan Prabowo pada
Habibie .
Kini kembali polemik 15 tahun itu mencuat, di depan peserta HUT Aliansi
Jurnalis Independen, Habibie kembali menceritakan kisah itu. Saat itu
Prabowo menjabat Panglima Kostrad TNI AD, Habibie dilapori Wiranto , ada
pasukan liar yang diduga dikendalikan Prabowo bergerak ke Jakarta.
"Ada Wiranto dia bilang pasukan Kostrad masuk ke Jakarta, pesawat sudah
masuk ke bandara. Perintahkan semua kembali ke pangkalan. Kalau mereka
tidak kembali ke pangkalan kita bisa kayak di Mesir, Myanmar, seperti
sekarang," terang Habibie di gedung Gedung Pusat perfilman Usmar Ismail,
Jakarta, Kamis (29/8).
Habibie memerintah Wiranto untuk mencopot Prabowo sebagai Pangkostrad
sebelum matahari terbenam. Itulah pergantian Pangkostrad paling dramatis
sepanjang sejarah. Prabowo langsung diganti oleh Letjen Johny H
Lumintang. 17 Jam kemudian Johny Lumintang digantikan Mayjen Djamari
Chaniago.
Prabowo sendiri selalu menepis kabar akan melakukan kudeta atau menjadi
dalang kerusuhan Mei 1998. Menurutnya, tak pernah ada walau sekadar
niatan untuk melakukan kudeta pada pemerintahan yang sah. Prabowo
menegaskan tudingan itu hanya fitnah.
"Saya waktu itu Pangkostrad dengan 33 batalyon, nyatanya apakah saya
kudeta? Itu tidak akan saya lakukan karena sebagai prajurit sapta marga
saya takut terhadap konstitusi UUD 1945," kata Prabowo dalam keterangan
persnya yang diterima merdeka.com, Minggu (20/10).
Menanggapi isu tersebut, mantan Danjen Kopassus itu hanya diam. Dia
menilai, waktu dan sejarah yang akan mengungkap kebenaran tersebut.
"Saya lebih memilih diam menanggapi fitnah itu, biarlah waktu dan
sejarah yang akan membuktikan. 'Becik ketitik ala ketara'," jelas
Prabowo.
Prabowo boleh berharap semuanya akan terang benderang. Tapi dia pun
masih ragu untuk mengungkapkan siapa yang sebenarnya 'bermain' dalam
kerusuhan Mei 1998.
Walau tak sama persis, Peristiwa 1998 sebenarnya memiliki banyak
persamaan dengan peristiwa 1965. Ada persaingan para jenderal TNI AD,
gerakan mahasiswa, kerusuhan dan desas-desus kudeta hingga mengakibatkan
seorang presiden lengser.
Hingga kini peristiwa 65 pun diyakini belum terbongkar sepenuhnya.
Faktanya masih banyak hal abu-abu dalam sejarah suram itu. Begitu juga
dengan peristiwa 1998, banyak tanya yang belum terjawab.
from member of forum.merdeka.com
http://forums.merdeka.com/threads/5564-1998-momentum-keruntuhan-Prabowo-sang-bintang-terang-TNI